Dalam berbagai acara dan forum terbaru, pemerintah Indonesia menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor—antara pemerintah, akademisi, industri, hingga masyarakat sipil—adalah fondasi penting untuk mempercepat adopsi dan mengembangkan ekosistem AI secara inklusif dan berdaya saing.
🤝 1. Transfer Teknologi dan Pengetahuan
Menurut Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, kolaborasi belum cukup didasarkan pada penggunaan teknologi, tapi harus mencakup transfer pengetahuan dan teknologi secara nyata. Ini penting agar Indonesia tak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga mampu aktif dalam rantai pasokan AI global
Indonesia bahkan jadi negara pertama di Asia Tenggara yang menyelesaikan UNESCO AI Readiness Assessment hanya dalam 4 bulan—sangat cepat dibanding rata-rata global 7 bulan
🏛️ 2. Infrastruktur dan Tata Kelola AI
Untuk menghadirkan AI yang luas manfaatnya, menurut Nezar, Indonesia perlu investasi lebih dalam:
-
Pusat data lokal
-
Peningkatan keamanan siber
-
Akses komputasi berkualitas & terjangkau
Pemerintah juga sudah membuka dialog kebijakan (AI Policy Dialog) yang melibatkan ekosistem—termasuk e‑commerce, perbankan, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi kreatif—untuk membentuk regulasi yang mendukung inovasi sekaligus aman bagi masyarakat
💼 3. Peran Swasta: Infrastruktur dan Solusi AI Lokal
Contoh nyata kolaborasi ini terlihat dari sektor swasta, seperti:
-
Lintasarta x NVIDIA: Meluncurkan GPU Merdeka, solusi GPU-as-a-Service pertama di Indonesia berbasis NVIDIA AI Enterprise untuk mendukung kebutuhan komputasi AI lokal
Layanan ini membuka jalan bagi pengembangan model AI berbahasa lokal, seperti “Sahabat-AI” oleh GoTo, yang digunakan untuk sistem dikte suara GoPay
🏫 4. Human Capital dan Pendidikan
Kolaborasi juga mencakup pemberdayaan SDM:
-
AI Institute for Progress (Alpha JWC x Pijar Foundation) telah memberdayakan ribuan talenta digital lewat transfer pengetahuan, pelatihan, serta pendampingan oleh ahli dan mitra publik-privat (lebih dari 3.187 penerima manfaat hingga Februari 2025)
-
Di sektor pendidikan, Kemendikbud-Dikdasmen menyelenggarakan forum CDT Talks, menghadirkan AI di sekolah melalui kolaborasi pemerintah, startup, dan sekolah, misalnya pengembangan chatbot EduBot oleh Orbit Edutech
✔️ 5. Ekosistem AI yang Inklusif
Pemerintah dan swasta sepakat untuk membentuk AI yang inklusif dan berkelanjutan. Nezar menyebut perlu melibatkan berbagai platform, lembaga, dan masyarakat agar AI dirasakan manfaatnya merata, bukan hanya oleh segelintir pihak terpilih
Lintasarta juga menyatakan bahwa infrastruktur digital berdaulat jadi dasar mendorong solusi yang relevan dengan kebutuhan sektor dan masyarakat Indonesia
🔍 Kesimpulan
Kolaborasi lintas sektor—yang menjangkau knowledge transfer, infrastruktur, regulasi, kapabilitas SDM, hingga solusi lokal—menjadi strategi utama percepatan adopsi AI Indonesia. Kalau dirawat dengan baik, langkah ini bisa meletakkan fondasi kuat untuk menjadi bagian penting dari ekosistem AI global, sekaligus memberi manfaat nyata bagi rakyat.