Sistem Baru Hadir, Dolar Amerika Serikat Terancam?
Kelompok ekonomi berkembang BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, kembali membuat gebrakan besar dalam sistem keuangan global. Kali ini, BRICS — dengan Rusia sebagai salah satu inisiator utama — sedang menggodok sistem pembayaran digital lintas negara yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa negara-negara BRICS ingin membangun kedaulatan finansial mereka sendiri dan secara perlahan menggeser dominasi AS di kancah moneter internasional.
Digitalisasi Pembayaran Antarnegara: Kenapa Penting?
Selama ini, sebagian besar transaksi perdagangan internasional, termasuk antarnegara BRICS, masih bergantung pada sistem SWIFT dan mata uang dolar AS. Akibatnya, negara-negara tersebut menjadi sangat rentan terhadap:
-
Sanksi ekonomi dari negara-negara Barat, terutama AS dan Uni Eropa
-
Fluktuasi nilai tukar USD yang memengaruhi harga komoditas global
-
Keterbatasan akses keuangan global ketika terjadi konflik geopolitik
Dengan sistem pembayaran digital baru, BRICS berupaya menciptakan mekanisme keuangan alternatif yang lebih adil, cepat, murah, dan tidak mudah dikendalikan satu pihak.
Peran Rusia: Penggerak Strategi Anti-Dolar
Rusia, yang sejak perang Ukraina mendapat serangkaian sanksi ekonomi dari Barat, kini menjadi motor utama dalam penciptaan sistem pembayaran digital ini. Pemerintah Rusia mengusulkan:
-
Mata uang digital BRICS berbasis blockchain
-
Sistem transfer instan antarnegara BRICS tanpa perlu konversi ke USD
-
Integrasi sistem pembayaran nasional seperti MIR (Rusia), UPI (India), dan CIPS (China)
Menurut Menteri Keuangan Rusia, proyek ini bukan hanya langkah ekonomi, tetapi juga langkah politik untuk membangun tatanan keuangan dunia multipolar.
Respons Dunia dan Reaksi Amerika
AS dan sekutu barat memandang rencana ini sebagai potensi ancaman terhadap sistem dolar sentris. Beberapa analis menyebut ini sebagai “de-dollarization”, sebuah upaya sistematis yang berpotensi melemahkan peran dominan dolar di masa depan.
Namun, pengamat global juga mencatat bahwa tantangan teknis, politik, dan kepercayaan antaranggota BRICS bisa menjadi hambatan besar dalam realisasi penuh proyek ini.
Sementara itu, negara-negara di Global South — termasuk Indonesia — mulai melirik kemungkinan bergabung atau bekerja sama dengan sistem baru ini, jika terbukti efisien dan tahan terhadap tekanan geopolitik.
Menuju Sistem Finansial Dunia yang Baru?
Pembentukan sistem pembayaran digital lintas negara oleh BRICS menandai era baru dalam arsitektur ekonomi global. Dengan populasi gabungan lebih dari 3 miliar orang dan pangsa ekonomi yang terus tumbuh, BRICS berpotensi menciptakan alternatif nyata terhadap sistem keuangan Barat yang selama ini mendominasi.
Jika berhasil, sistem ini bisa menjadi landasan bagi negara-negara berkembang lainnya untuk ikut serta dan menyeimbangkan kekuatan finansial dunia yang selama ini terlalu terpusat di negara-negara maju.
Penutup
Langkah BRICS dan Rusia dalam membangun sistem pembayaran digital lintas negara adalah sinyal kuat bahwa dunia sedang bergerak menuju dunia multipolar, tidak hanya secara politik, tapi juga finansial.
Dominasi dolar mungkin belum runtuh dalam waktu dekat, tetapi hegemoni tunggalnya mulai terguncang oleh inovasi dan aliansi negara-negara besar dari belahan dunia lain. Pertanyaannya bukan lagi “apakah” sistem ini akan terwujud, tetapi kapan dan seberapa cepat dunia akan beradaptasi.